Selasa, 09 September 2008

AMPFI Story

AMPFI adalah tim kreatif yang saya bentuk untuk memenuhi dahaga akan kebutuhan gizi otak kanan yang mulai tumpul dengan keteraturan klerikal. AMPFI adalah singkatan dari Angkatan Muda Pembuat Film Independen. Ide awalnya sih sebenarnya untuk membuat AMPFI menjadi suatu organisasi anak-anak muda yang bergelut dalam bidang film independen. AMPFI pada awalnya hanya beranggotakan 2 orang saja, yaitu saya dan sahabat saya yang tingal di Bandung. Namun saya dan sahabat saya itu pun mulai memperlebar jaringan untuk mencari teman-teman yang memilki visi dan misi yang sama. Sebenarnya sih lebih bertujuan untuk mencari orang-orang yang punya ide nyeleneh tapi tidak tersalurkan dan orang yang bisa mengedit karya yang nanti akan kami buat, karena jujur saja kami berdua benar-benar tidak mempunyai latar belakang pendidikan mengenai sinematografi. Modal kami berdua saat itu hanyalah keyakinan dan semangat yang menggebu-gebu akan pemenuhan gizi terhadap otak kanan kita masing-masing dan membuat film indie-lah yang kami pikir pada saat itu dapat memberikan asupan gizi yang cukup. Ampfi terbentuk pada akhir tahun 2002 sebelum fenomena film indie mulai menjadi trendsetter tahun-tahun belakangan ini.

Banyak suka duka yang saya alami bersama tim AMPFI. Kuliah yang memakan waktu Senin – Jumat tidak menjadi halangan bagi kami untuk berkreatifitas. Biasanya pada saat ‘brainstorming’ ide kami kumpul di Bandung hari Sabtu - Minggu. Saya berangakat ke Bandung naik kereta terakhir Jumat sore dan kembali lagi ke Jakarta naik kereta terakhir Minggu sore. ‘Brainstorming’ ide biasanya dilakukan hari Sabtu pagi dari jam 9 sampai dengan..... sampai dengan diusir dari tempatnya –-hahahaha--. Tempat yang biasanya kami incar adalah tempat dengan budget murah, enak, nyaman, dan bisa duduk sepuasnya. Tempat favorit kami adalah Mc.Donald Bandung Indah Plaza. Cukup dengan modal 5.000 rupiah kami dapat duduk sepuasnya. Biasanya saya membeli Mc.Flurry dengan taburan coklat serbuk diatasnya daripada taburan permen coklat. Disantapnya pun perlahan-lahan supaya kalo tempat duduknya penuh orang-orang ga berani mengusir kami dengan alasan makanan kami masih belum habis, bahkan pernah sampai ga sadar Mc.Flurry-nya udah mencair seperti susu kental manis gara-gara keasikan mengkonsep suatu ide cerita film –-hahahaha--

Film Indie=Film India
Proyek pertama AMPFI adalah menggarap film independen di salah satu SMA favorit di Cirebon dengan ‘talent’ anak-anak teater sekolah tersebut. Tujuannya memakai ‘talent’ anak-anak teater itu adalah untuk memangkas budget yang timbul, tanpa dibayar dan mereka bisa punya pengalaman menjadi bintang film, meskipun film indie. Lucunya pertama kali kami bertemu mereka, bayangan mereka tentang film indie adalah film dengan banyaknya lagu dan tarian dengan adegan menangis dalam tiap suasana sedih-gembira-berduka-kawin,dsb. Ternyata di dalam benak terdalam mereka film indie adalah film india –gubrak--.

‘Brainstorming’ ide bersama anak-anak teater tersebut dilakukan tiap hari Sabtu karena hanya hari Sabtu inilah tim AMPFI bisa berkumpul. Suasana ceria, semangat, dan inovatif selalu saya dapatkan bersama mereka. Suasana yang ga bisa didapatkan pada saat saya di kampus. Bahkan biasanya pas lagi ngumpul gini banyak ide-ide baru yang terlepaskan secara spontan seperti loncatan atom elektron dalam tabung katoda. Aura semangat yang terpancar dari jiwa-jiwa muda kami benar-benar membawa kami ke alam lain, alam yang penuh dengan kreatifitas ide dan perjuangan. Mulai dari perjuangan mencari pinjaman kamera, meminta ijin untuk bisa suting di lokasi-lokasi yang telah ditentukan, memberikan pemahaman kepada banyak orang bahwa film indie adalah film dengan budget minim sehingga tidak ada jatah preman untuk lokasi suting, sampai menjadi begadangers di tempat rental komputer demi mengetik naskah skenario-shooting schedule-directors treatment-story board, semuanya penuh perjuangan karena modal kami hanyalah semangat dan ide.

Setelah ‘brainstorming’ ide kami masuk tahap berikutnya yaitu menentukan pemeran atau bahasa perfilmannya ‘casting’. Beuuhhh, saya berasa jadi sutradara sekelas Garin Nugroho pada saat itu dan berhak menentukan siapa yang bisa jadi si A dan si B. Yups, Garin Nugroho adalah sutradara favorit saya. Film-film yang dibuatnya bener-bener berkualitas dan ga ecek-ecek. Sekelas film-film festival di luar negeri lah. Salut buat Garin Nugroho!!
Pada awalnya saya agak malu untuk teriak “Camera roll and ACTION!” – “CUT!” karena saya memang ga punya latar belakang pendidikan sinematografi sama sekali, bahkan melihat langsung proses pembuatan film pun belum pernah jadinya teriakan tadi pada awalnya saya ganti dengan “Oke,kamera siap…. MULAI!” – “SLESAI!” (kok jadinya seperti memimpin orang untuk push-up ya, hahahahaha). Namun para crew dan pemain kok tiba-tiba jadi ilang filing denger perintah tadi ya, sampai ada yang benar-benar komplain ke saya, “Mas, kok rasanya aneh ya? Kaya mimpin pasukan ABRI senam deh, bukan kayak sutradara film.” –hahahaha-- . Akhirnya dengan agak sedikit malu saya pakai juga istilah tadi supaya berasa bikin film gitu deh. “ACTION!!” – “CUT”, and let the journey begins....

Pesan moral : jangan pernah takut untuk bermimpi menjadi apapun karena mimpi itu tidak pernah melihat batasan ruang dan waktu, mimpi hanya melihat semangat kita untuk mengejarnya.

Tidak ada komentar: