Rabu, 10 September 2008

Labirin Pemilu

Berangkat dari dari masterpiece film pertama De-Choice dalam Sukro Berdarah yang telah memenangkan beberapa penghargaan dari tingkat RT/RW hingga nasional (--hanya untuk menghibur diri, jangan dianggap serius--), saya beralih ke sebuah kontes pembuatan iklan Pemilu tahun 2004 yang diselenggarakan oleh ITB dan SCTV. Belakangan kemudian saya baru tahu ternyata dewan juri utama dari kontes tersebut adalah Garin Nugroho, sutradara favorit saya.

Saya berpikir keras ide apa yang harus saya keluarkan untuk membuat iklan berdurasi 30 detik ini. Saya kerahkan semua saraf-saraf simpati dan parasimpati yang ada di otak kanan untuk mendapatkan ide yang brilian. Berjam-jam saya bertapa sendiri mencari ilham, namun tak ketemu jua. Akhirnya saya pun menuju tempat favorit saya dalam mencari inspirasi. Yups, kamar mandi!! Sudah menjadi kebiasaan saya dari SMA untuk mencari inspirasi pada saat buang air besar di kamar mandi. Bahkan dulu tiap mau ulangan mata pelajaran yang penting, saya selalu membawa buku cetak, buku coretan dan pensil ke kamar mandi. Hasilnya pun memuaskan!! Percayalah, kamar mandi dan momen saat kita buang air besar adalah salah satu tempat terbaik dalam mencari inspirasi. Logikanya gini, pada saat kita melakukan ritual wajib harian tersebut kan ada sesuatu yang dikeluarkan dari dalam tubuh kita, nah ternyata tubuh kita pun secara alami akan mencari penggantinya agar tetap stabil antara pemasukan dan pengeluaran. Nah, jadinya enzim-enzim di dalam tubuh kita akan mencari asupan materi yang nyata ataupun imajiner di sekitar kita. Jadilah semua hafalan pelajaran, rumus-rumus, bahkan ide-ide yang tadinya beterbangan di sekitar kita akan dengan mudahnya tertangkap oleh sistem imajiner tubuh. Paham adik-adik? --hahahaha-- (hasil penelitian yang ga jelas dari pengalaman bertahun-tahun ketika ‘stuck’ dalam mencari ide).

Dari pertapaan khusus ini lahirlah sebuah ide dan konsep brilian untuk sebuah iklan pemilu yang berdurasi 30 detik ini. Tokoh utama dari iklan ini adalah seorang, eh maksud saya seekor hamster/tikus kota yang berjalan memasuki lorong labirin. Namun sebelum masuk si hamster dibingungkan dengan banyaknya jumlah pintu dengan lambang yang berbeda-beda. Pintu keluar labirin tersebut hanya ada satu. Filosofi dari iklan ini adalah meskipun banyaknya jumlah partai pada saat itu namun tujuan utamanya adalah satu, untuk kemajuan bangsa Indonesia. Labirin ini saya dan tim membuatnya dari karton, ditambah dengan sedikit teknik kolase untuk membuat efek matahari terbit di ujung pintu keluar labirin.

Waktu suting yang dihabiskan untuk membuat iklan ini adalah 3 hari. Semua properti sudah disiapkan. Tinggal melatih sang bintang utama agar mau menuruti skenario yang telah ditetapkan, dan disinilah letak permasalahnnya. Ternyata jauh lebih sulit mengatur hewan daripada manusia. Apalagi hewan segesit dan selincah hamster. Jadinya kami semua dibuat kalang kabut dengan tingkah laku si hamster. Semua jenis makanan pemancing sudah kami gunakan, bahkan yang menurut film Tom ‘n Jerry makanan kesukaan tikus (baca:hamster) adalah keju pun sudah kami pasang di sepanjang jalur yang kami inginkan agar si hamster melewatinya. Namun semuanya sia-sia, kami hampir saja dibuat putus semangat oleh kelakuan si hamster. Sampai akhirnya saya putuskan untuk menuruti saja kemauan si hamster ini kemana. Ajaib!! Ternyata si hamster hanya mau melalui jalan yang sebelumnya sudah dia lewati saja. Maka skenario pun kami ubah dengan cara menuruti apa maunya si hamster.

Lokasi suting dilakukan di rumah salah satu anggota tim AMPFI, tepatnya di ruang tengah yang kami sulap dadakan menjadi studio suting dengan menggunakan 2 buah lampu neon panjang sebagai penerangan utama. Kami belum memiliki tripod kamera pada saat itu sehingga pada saat pengambilan gambar ‘eye-bird view’ si kameramen mengangkat tinggi-tinggi tangannya agar dapat mengambil keseluruhan bentuk dari labirin tersebut. Walhasil, gambar menjadi goyang-goyang mengikuti ritme dan irama nafas sang kameramen. Tapi untung saja, sang editor kita mampu mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan software editing. Sang editor memerlukan waktu 7 hari untuk mengedit secara sempurna iklan berdurasi 30 detik ini. Sekarang tiba saatnya preview hasil editan pertama atau kami biasa menyebutnya dengan gala premiere, eng-ing-eng.....

Seperti biasa saya tetap terharu dan meneteskan air mata, ada kepuasan batin yang luar biasa yang saya rasakan pada momen seperti ini. Semua kelelahan kami pada saat suting terbayar sudah. Fuiihh... Kemudian hasil karya kami pun dibungkus rapih dan dikirimkan ke panitia penerimaan hasil karya di ITB. Kami menyerahkan hasil karya tersebut persis sebelum penutupan. Fuiih, untung saja karya kami diterima. Ternyata sudah ada ratusan karya yang masuk dari seluruh Indonesia. Wah, kami pun mulai pesimis dan mulai tidak pernah berani berpikir untuk menjadi pemenang. Akhirnya kami pun sepakat untuk melupakan dan anggaplah iklan itu sebagai latihan kami untuk mempererat kekompakan tim.

Dua minggu kemudian tiba-tiba saya ditelepon oleh salah seorang panitia Kontes Iklan Pemilu tersebut, dan karya saya dinyatakan masuk ke dalam 6 besar nominasi dan saya harus berangkat ke Bandung keesokan harinya untuk menghadiri malam penganugerahannya. Saya sempat terkejut dan tidak percaya, bahkan saya sempat berkata kepada penelepon tadi, “Ah bohong, masa sih?! Ini Goen kan? Ato Heli? Jangan suka ngerjain orang ah, dosa...” (Goen adalah asisten sutradara dan Heli adalah editor kami). Tapi ternyata sang penelepon mengkonfirmasi sekaligus meyakinkan bahwa dia adalah panitia sungguhan, dan saya pun ‘freeze breathing’ sampai sempat membuat dada saya sedikit sesak. Saya langsung menghubungi semua anggota tim dan mereka pun seolah-olah tak percaya. Wuhaaaaaaaa......... 
Dan akhirnya Labirin Pemilu pun menjadi juara 2 nasional untuk kategori mahasiswa. Kami semua bersyukur dan memutuskan untuk lebih serius lagi dalam berkarir di bidang ini.
(Special memmories : I was in the point of trying myself to be 'out of the box')

Tidak ada komentar: